6 Rabi'ul Akhir 1444 H
Saya pernah diminta ikut pelatihan di social innovation HUB Indonesia oleh seorang teman, salah satu temanya adalah design thinking, apa itu design thinking?
Design thinking adalah suatu proses atau metode pola pikir untuk berempati terhadap permasalahan dan masalah yang berpusat pada manusia. Pemikiran desain juga dikaitkan dengan resep untuk inovasi produk dan layanan dalam konteks bisnis dan sosial.(Wikipedia)
Apa hubungan design thinking dengan aktivitas kita di yayasan pendidikan dan sosial?
Tidak sedikit perusahaan startup yang bagus namun gagal landing, kenapaa? bukan karena tidak bagus nya produk mereka namun karena produk mereka "tidak dibutuhkan" konsumen.
Ada kata kunci disini, produk (jasa atau barang) kurang atau tidak dibutuhkan masyarakat. Maka dalam teori design thinking, sebuah produk yang di luncurkan harus dengan survey kebutuhan masyarakat sebelumnya.
Itulah awal dari prinsip design thinking, yaitu berpusat pada konsumen. Salah satu profesi yang selalu menggunakan design thinking adalah arsitek, seorang arsitek akan bertanya dulu kepada pengguna, tentang bangunan yang akan dibuat, fungsi, luas, budget dll, baru kemudian arsitek menuangkan dalam gambar atau produk. Betul pak @ariston?
Bagaimana dengan kita, sebuah yayasan pendidikan, bila ditanya apa pendidikan dibutuhkan masyarakat? jelas kita itu dibutuhkan. Apakah masih perlu design thinking?
Masyarakat selalu berubah, berkembang seiring dgn perubahan lingkungan, masyarakat dan lingkungan saling mempengaruhi.
Kita ambil kata kuncinya, consumer orientation .
Cara menjawab dan menyesaikan "komplain" pelanggan
Cara melayani pelanggan
Kita perlu menyesuaikan, bukan pula berarti harus ikut 100% kemauan pelanggan, krn kitapun sdh punya konsep pendidikan ideal. Namun perlu pendekatan komunikasi yang sesuai zaman terutamanya.
Tahap design thinking
1. Empati, memahami perspektif dan perasaan pelanggan (keluhan, keinginan, dll)
2. Define mendefinisikan permasalahan pelanggan yang akan diselesaikan dr sudut pandang pelanggan
3. Ideate menghasilkan ide solutif sebanyak dan sekreatif mungkin dan pilih yang terbaik
4. Prototype membuat prototype atau representasi solusi nyang kongkrit dan bisa diindra
5. Test menguji prototype u mendapat feedback atas solusi yang dibuat.
Bisa dimulai dari Unit Unit kita baik sekolah maupun Unit usaha, survey kepuasan ( keluhan dan keinginan) pelanggan atas layanan kita.
Umumnya pelanggan kita walimurid adalah minimal generasi milenial dan ada generasi Z. Maka pendekatan komunikasi juga perlu beda.
Termasuk pelanggan kita adalah para murid. Terutama murid SMP sdh bisa mendiskripsikan ketidaknyamanan. Bukan hanya pada layanan pembelajaran, layanan dapur layanan laundry, layanan umart pun perlu kita melihat dari sisi pelanggan .
Allahu a'lam.
Oleh: Arif Prabowo, SE, Ketua YP2SI Al Ummah Pekalongan
#agreatcompany
#salamtransformasi
#LihatBergerakSelesaikan
#orientasilillahi
#ibadahadalahhabitkita
Bagaimana rasanya membangun...
Baca Selengkapnya →Rabu, 24 Juli 2024 Mas...
Baca Selengkapnya →Segera bergabung dengan kami dalam menyiapkan generasi terbaik yang mampu memimpin dengan karakter mulia, berprestasi dan berwawasan global.
Bergabung Sekarang →